Blogroll

Search This Blog

Powered by Blogger.

Pages

About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, October 17, 2013

Sejarah Islam Di Kazakhstan


Kazakhstan adalah sebuah negara yang terletak di Asia Tengah, merupakan negara ke-9 terbesar wilayahnya di dunia. Negara ini sarat dengan multi budaya, yaitu perpaduan antara kekuatan Turki dan Mongol. Rentang waktu yang panjang kedua suku bangsa tersebut menguasai Kazakhstan sejak abad ke-6 hingga abad ke-18, mempunyai pengaruh besar terhadap suku bangsa yang mendiami Kazakhstan saat ini. Secara genetik, mereka adalah percampuran antara suku bangsa Turki dan Mongol. Pada abad ke-17, para pedagang dan tentara Rusia mulai memasuki Kazakhstan, dan pada akhirnya mereka menguasai negara ini hingga abad ke-20.

Dengan luas wilayah 2.717.300 km2, setara dengan empat kali luas wilayah negara bagian Texas Amerika Serikat, Kazakhstan mempunyai iklim kering, dingin di musim dingin dan panas di musim panas. Negara ini berbatasan dengan Rusia, Cina, Kyrgyzstan, Turkmenistan dan Uzberkistan. Berpenduduk sekitar 15.185.844 orang, terdiri dari berbagai suku, antara lain Kazakh, Rusia, Ukraina, Uzbek, Jerman, Tatar, Uygur, mayoritas beragama Islam (47%), Rusia Ortodox (44%) dan lainnya 9%. Angka pertumbuhan penduduk rata-rata 0,3% per-tahun, angka kelahiran 15,78 per-1000, dan angka kematian 9,46 per-1000. Bahasa nasional mereka adalah Kazakh, di samping bahasa Rusia yang dipergunakan untuk bisnis dan bahasa antar etnik.

Ekonomi
Ketika Kazakhstan ditaklukkan Uni Soviet pada abad ke-18, dan menjadi salah satu republik di lingkungan negara federal Uni Soviet tahun 1936, Kazakhstan dikenal dengan sebutan ‘virgin lands’, artinya secara harfiah, banyak tanah di Kazakhstan yang belum tersentuh, khususnya pemanfaatannya dalam bidang pertanian. Baru pada era tahun 1950-1960, Uni Soviet mengeksplorasi tanah perawan tersebut menjadi lahan pertanian. Setelah memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun 1991, pemerintah Kazakhstan bergerak cepat untuk memanfaatkan sumberdaya alam, seperti minyak dan gas serta sektor pertambangan lainnya untuk dijadikan sebagai sumber devisa negara. Dan pada tahun 1995-1997 pemerintah mencanangkan program reformasi ekonomi dan privatisasi, dan hasilnya dapat dirasakan ketika pada tahun 2001/02, pertumbuhan ekonominya mencapai 9,5%.

Kegiatan utama perekonomiannya didominasi oleh bidang jasa, industri dan pertanian.Tidak jauh beda dengan Azerbaijan, Kazakhstan termasuk negara yang sukses dalam mengembangkan perekonomiannya, sehingga pada tahun 2004, pertumbuhan ekonominya mencapai 9,1%, sedangkan inflasi hanya mencapai 6,9%. Income per-kapita cukup tinggi, yaitu sebesar US $ 7,800. Angkatan kerja sebanyak 7,95 juta orang, 50% diserap oleh jasa, 30% oleh industri dan 20% diserap oleh pertanian. Oleh karena itu, Kazakhstan termasuk negara makmur di Asia Tengah.

Produk pertaniannya berkisar pada padi-padian, kapas dan hewan ternak. Sedangkan industri dan hasil tambang sangat melimpah, meliputi minyak dan gas, batubara, biji besi, mangaan, seng, tembaga, titanium, bauksit, emas, perak, fosfat. belerang, besi baja, traktor dan mesin pertanian lainnya, motor elektrik, dan material konstruksi.

Komoditi eksportnya adalah minyak dan produk minyak, kimia, mesin, biji-bijian, wol, daging dan batubara. Negara tujuan eksport adalah Rusia, Bermuda, Cina, Jerman, Swiss dan Perancis. Sedangkan komoditi yang diimport adalah mesin dan peralatannya, produk metal, dan makanan olahan. Import berasal dari Rusia, Cina, Jerman dan Perancis. Indonesia belum termasuk di dalamnya. Mata uang yang digunakan adalah Tenge (KZT), dengan nilai tukar US $ 1,- senilai 136,04 tenge.

Sejarah Pemerintahan
Republic of Kazakhstan dengan ibukotanya ASTANA (d/h Almaty sebelum 1998), terbagi dalam 14 provinsi, memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 16 Agustus 1991.

Untuk mendapatkan predikat sebagai negara merdeka, Kazakhstan telah menempuhnya dalam rentang waktu yang sangat panjang. Sejak abad ke-6 Masehi, Kazakhstan telah dikuasai oleh bangsa Turki, dan pada abad ke-8 bangsa Arab menguasai sekaligus memperkenalkan Islam.. Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Irak pernah menguasai pula pada abad ke-12, demikian juga dinasti Genghis Khan pada abad ke-13, hingga Kazakhstan berada di bawah kekuasaan Imperium Mongol hingga abad ke-18. Pada akhirnya dinasti Khan (Khanate) berkuasa di Kazakhstan.

Pada abad ke-17, para pedagang dan tentara Rusia mulai memasuki Kazakhstan, dan pada akhirnya mereka menguasai Kazakhstan dan negara-negara Asia Tengah lainnya hingga abad ke-20.

Perasaan nasionalisme mulai muncul, ketika pada tahun 1917 kelompok nasionalis sekuler yang dikenal dengan Horde of Alash (nama legendaris bagi bangsa Kazakhs) menginginkan pemerintahan nasional yang independen, dan mereka berhasil mewujudkannya, walaupun hanya berlangsung selama dua tahun (1918-1920). Pemerintahan ini akhirnya dilindas oleh Uni Soviet, dan Kazakhstan akhirnya dijadikan salah satu republik otonom di lingkungan Uni Soviet.

Ketika Mikhail S. Gorbachev berkuasa, 1985-1991, Gennady Kolbin ditunjuk sebagai penguasa di Kazakhstan, menggantikan Dinmukhamed Kunayev yang dianggap oleh pemerintah Moscow melakukan KKN. Namun kepemimpinan Kolbin tak disukai oleh warga Kazakhstan. Pada akhirnya kedudukan Kolbin digantikan oleh Nursultan Nazarbayev, seorang insinyur, pada tahun 1989. Ketika Gorbachev mendeklarasikan perestroika, dan diikuti oleh kemerdekaan negara-negara di bawah payung Uni Soviet, pada tahun 1990, maka pada bulan Maret 1990, Kazakhstan mengadakan pemilu multipartai, dan Nursultan Nazarbayev memenangkan pemilu tersebut. Akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1991, Kazakhstan menyatakan kemerdekaannya, dan melepaskan diri dari cengkeraman Uni Soviet, Terpilih sebagai presiden pertama adalah Nursultan A. Nazarbayev, beliau berkuasa hingga tahun 2006 (pemilu presiden dilakukan setiap 7 tahun sekali).

Perkembangan Islam di Kazakhstan
Menurut Talgat Ismagambetov, penulis artikel Is Islamic Fundamental a Threat in Kazakhstan, Islamisasi di Kazakhstan terjadi dalam 3 (tiga) gelombang besar, pertama terjadi pada abad ke-10, kedua abad ke-19 dan terakhir pada tahun 1990. Mayoritas penganut Islam di Kazakhstan mengikuti paham Sunni (Hambali).

Islam masuk pertamakali ke Kazakhstan pada abad ke-8, ketika bangsa Arab menguasai Transoxania (Mavarannahr), suatu area di bagian selatan Kazakhstan, terletak antara sungai Syr-dar’ya dan Amu-dar’ya. Sedangkan Islamisasinya terjadi pada abad ke-9 mendedkati abad ke-10. Pada abad ini, Zoroaster, Kristen, Budha dan pagan masih banyak dianut oleh penduduk Kazakhstan. Islamisasi ini berakhir ketika Mongol menguasai Kazakhstan pada tahun 1220-an.

Gelombang kedua Islamisasi terjadi pada abad ke-18 dan 19, ketika Islam mendominasi di bidang politik. Namun Islamisasi pada gelombang kedua ini pun tidak berlangsung lama, karena faktor politik pulalah, yang membuat Islamisasi di Kazakhstan mengalami kemandegan. Faktor politik yang memberangus Islamisasi adalah kuatnya dominasi pemerintah komunis Rusia pada saat itu.

Gelombang ketiga Islamisasi terjadi pada tahun 1990, di mana Islam tumbuh dengan cepat antara tahun 1990-1995. Pembangunan masjid baru maupun menghidupkan masjid yang terbengkelai ketika komunis Soviet berkuasa dilakukan hampir seluruh kota di seluruh Kazakhstan. Edisi al-Qur’an pertama dalam bahasa Kazakhs yang didasarkan pada alfabet Cyrillic diterbitkan di Almaty pada tahun 1992. Perguruan tinggi Islam banyak didirikan, terutama untuk mengkaji literatur-literatur Arab. Dengan ghirah Islam seperti itu, banyak negara-negara Islam yang bersimpati dan akhirnya memberikan bantuan dana demi tegaknya Islam di Kazakhstan, antara lain berasal dari Turki, Mesir dan Saudi Arabia. Mereka memberikan donasi sebesar US $ 10 juta untuk membangun Pusat Kebudayaan Islam (Islamic Cultural Center) di Almaty, dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Nursultan Nazarbayev, Presiden Kazakhstan pada tahun 1993. Walaupun Islam berkembang cukup baik di Kazakhstan setelah jatuhnya Uni Soviet, tidak secara otomatis Islam dijadikan sebagai dasar negara. Hal ini terbukti dengan diberlakukannya Konstitusi tahun 1995 yang menyebutkan bahwa Kazakhstan adalah negara sekuler.

Menyusul ditetapkannya konstitusi bahwa Kazakhstan adalah negara sekuler, pertumbuhan komunitas Islam mengalami penurunan. Padahal logikanya, Islamisasi gelombang ketiga adalah teradopsinya norma-norma, cita-cita dan ritus Islam dalam skala luas, termasuk di dalamnya Islamisasi politik. Namun, pada umumnya masyarakat Islam Kazakhstan mempunyai gairah rendah, dan pengetahuan mereka terhadap prinsip-prinsip Islam, sangat sedikit, termasuk terhadap politik Islam. Akibatnya, Islam dianggap sebagai agama formalitas, dan ini dibuktikan dari hasil poling yang dilakukan pada mahasiswa di Shymkent, Kazakhstan Selatan yang hasilnya adalah: hanya 4% dari mereka yang aktif di masjid, 18% hanya datang sekali atau dua kali dalam seminggu, 32% sekali atau dua kali dalam setahun, dan 44% tidak lebih sekali dalam setahun. Walaupun begitu, para ahli demografi memprediksi, di tahun 2015, penduduk Kazakhstan akan berjumlah 18 juta jiwa, dan 60% yang secara tradisional adalah pemeluk Islam.

Sejarah Penyebaran Islam Di Turkmenistan



 Kaum nomad berkelana di Asia Tengah kemungkinan sejak 50.000 SM. Pada 5000 SM, kaum-kaum nomad ini mulai terpceah setidaknya menjadi dua kelompok berbeda yang menuturkan bahasa berbeda. Kelompok pertama menuturkan bahasa proto-India-Eropa sedangkan kelompok lainnya menuturkan bahasa proto-Altai. Pada awalnya, bangsa India-Eropa tampaknya tinggai di selatan, di sekitar Laut Kaspia (Georgia dan Armenia modern), sedangkan penutur bahasa Altai tinggai lebih jauh di utara (Rusia dan Mongolia modern). Sekitar 3000 SM, bangsa India-Eropa menemukan cara menjinakkan dan menunggangi kuda. Kemampuan ini membuat bangsa India-Eropa menjadi lebih kuat dan lebih kaya. Mereka mampu mengurus lebih banyak ternak dan menaklukkan bangsa-bangsa lainnya dengan cara menembakkan panah dan melemparkan tombak dari atas kuda. Beberapa kelompok India-Eropa meninggalkan kediaman awal mereka dan menetap jauh di timur, di tempat yang kini menjadi Cina barat. Beberapa lainnya berkelana ke barat dan menetap di Eropa, di mana keturunan mereka di kemudian hari dikenal sebagai bangsa Kelt. Sementara, penutur bahasa Altai juga mempelajari cara menunggangi kuda, dan memulai rangkaian penyerbuan ke Cina di sebelah selatan mereka.
Sekitar 2000 SM, kelompok India-Eropa lainnya meninggalkan Asia Tengah. Beberapa pergi ke barat lagi, dan keturunan mereka dikenal sebagai bangsa Yunani, bangsa Romawi, dan bangsa Jermanik. Beberapa lainnya pergi ke selatan dan menjadi bangsa Het. Pada 1200 SM, beberapa kelompok India-Eropa bergerak ke selatan ke tempat yang kini menjadi Iran, di mana mereka kemudian dikenal sebagai bangsa Persia, dan sebagian lainnya pergi menuju India. Ada pula yang pergi ke timur dan menjadi orang Sogdiana.
Sekitar 500 SM, beberapa kelompok India-Eropa yang masih tinggal di Asia Tengah menyebut diri mereka sebagai bangsa Skythia. Kita mengetahui bangsa Skythia dari sejarawan Yunani, Herodotos. Ia menggambarkan bagaimana mereka menggunakan kuda untuk menggembalakan domba dan sapi di wilayah sebelah utara Laut Hitam (Ukraina dan Rusia modern).
Ads not by this site
Akan tetapi sekitar 300 M bangsa India-Eropa di Asia Tengah mulai terdesak oleh bangsa Altai. Bangsa Altai sendiri terbagi menjadi bangsa Mongol dan bangsa Turk, Satu kelompok campuran Mongol dan Turk, yaitu suku Rouran, mendirikan sebuah kekhaganan di sebelah utara dan barat Cina (Mongoloa dan Uzbekistan modern), meliputi satu kelompok Turk yang disebut suku Hun Putih (Heftalit). Sekitar 400 SM, suku Hun Putih meninggalkan Kekaisaran Rouran dan bergerak ke barat. Mereka berhasil menguasai Persia timur dan Sogdiana, bahkan hingga ke India utara, untuk waktu yang singkat.
Ads not by this site
Pada 550 M, suku Rouran ditaklukan oleh kelompok Turk lainnya, yaitu bangsa Gokturk, yang juga menaklukan Sogdiana serta melakukan perluasan hingga Rusia. Mereka juga menyerbu ke sebalah selatan dan timur, ke Cina. Cina berusaha melawan pada 700-an M dengan menyewa kelompok Turk lainnya, yakni suku Uighur. Ada beberapa bagian Negara di asia tengah salah satunya Negara trukmenistan.

Negara Trukmenistan

Republik Turkmenistan (bahasa Turkmenistan: Türkmenistan Respublikasy), juga dikenal sebagai Turkmenia . Sampai tahun 1990, Turkmenistan masih tergabung dalam konstitusi Uni Soviet, yang bernama Republik Sosialis Soviet Turkmenistan. Turkmenistan terletak di Asia Tengah dan berbatasan langsung dengan Iran di selatan, Afganistan di tenggara, Uzbekistan di utara,Kazakhstan di barat laut dan Laut Kaspia di barat. Sebagian besar wilayahnya merupakan hamparan gurun pasir Karakum. Negara ini memiliki cadangan gas alamterbesar kelima di dunia.
Ads not by this site
Saat ini, Turkmenistan menerapkan sistem politik partai tunggal. Sistem ini dianggap tidak memenuhi prinsip-prinsip dasar demokrasi.[1]. Sejak kemerdekaanya dari Uni Soviet, Turkmenistan dipimpin oleh Saparmurat Atayevich Niyazov, bahkan beliau menamakan dirinya sebagai Turkmenbashi ( yang berarti "Pemimpin semua bangsa Turkmen"). Pada 21 Desember 2006, beliau meninggal dunia dan digantikan oleh Gurbanguly Mälikgulyýeviç Berdimuhammedow yang ditunjuk oleh Dewan Keamanan Negara Turkmenistan, melalui pemilihan umum pada 11 Februari 2007.
Sejarah trukmenistan
Wilayah Turkmenistan telah lama dikenal banyak orang dalam sejarah. Banyak pasukan dari berbagai kerajaan yang dikirim ke wilayah ini, demi mendapatkan wilayah yang lebih makmur. Wilayah ini sudah lama dikenal terutama oleh berbagai kekaisaranPersia. Sejarah wilayah ini dimulai saat Kaisar Akhemeniyah (Kekaisaran kuno pertama Persia) menaklukan wilayah ini dan membaginya dalam tiga wilayah, Margiana, Khwarezmia, Parthia.
Ads not by this site
Aleksander Agung menaklukan wilayah ini pada abad ke-IV SM pada perjalanannya menuju Asia Tengah, dan pada saat itu pula Jalur Sutra dibangun sebagai jalur perdagangan utama yang menghubungkan Asia dan Cekungan Mediterania. Beberapa abad kemudian, berdiri Kekaisaran Parthia Persia dan membangun ibukotanya di Nisa (Situs Warisan Dunia UNESCO di Turkmenistan), yang saat ini berada sekitar 18 km ke arah barat daya Ashgabat. Setelah kejatuhan kekaisaran Parthia, wilayah ini kerap kali diduduki oleh berbagai kekaisaran Iran untuk beberapa
Pada abad ke-VII M, bangsa Arab menaklukan wilayah ini dan sekaligus memperkenalkan Islam dan juga budaya Timur Tengah. Turkmenistan mulai dikenal luas ketika khalifah Ma'mun Ar-Rasyid dari dinasti Bani Abbasiyah memindahkan ibukota kerajaan Khorasan Raya ke Merw (Situs Warisan Dunia UNESCO di Turkmenistan).
Ads not by this site
Pada pertengahan abad ke-XI Kekaisaran Turki Seljuk memusatkan kekuasaan wilayahnya di Turkmenistan dalam upaya untuk meluaskan wilayah kekaisarannya hingga Khorasan. Pada pertengahan abad ke-XII, kekuasaan Kekaisaran Turki Seljuk pun jatuh yang dikalahkan oleh Genghis Khan yang pada saat itu berhasil merebut kekuasaan di wilayah timur Laut Kaspia dalam rangka pengembaraannya ke barat.
Tujuh abad kemudian, bangsa Turkmen hidup dibawah kekuasaan berbagai kekaisaran dan perang antarsuku. Sekitar abad ke-XVII dan ke-XIX Masehi, kekuasaan di Turkmenistan diperebutkan oleh Kekaisaran Persia, Kekahanan Khiva, para Emir dari Bukhara, dan penguasa Afganistan. Selama masa ini, pemimpin spiritual Turkmen, Magtymguly Pyragy terkenal karena upaya untuk menjaga kebebasan dan otonomi bagi rakyatnya.
Pada saat itu, wilayah yang luas di Asia Tengah, termasuk Turkmenistan belum dipetakan dan hampir tidak dikenal secara luas oleh bangsa Eropa dan Dunia Barat. Persaingan untuk menguasai wilayah tersebut antara Kekaisaran Inggris dan Kekaisaran Tsar Rusiaditandai dengan Permainan Besar. Sepanjang penaklukan mereka di Asia Tengah, Rusia disambut dengan perlawanan yang paling berat oleh Turkmenistan. Bagaimanapun juga, pada tahun 1894 Rusia telah dapat menancapkan pengaruhnya di Turkmenistan dan memasukkan wilayah itu ke dalam wilayah kekaisarannya.
Masa Uni Soviet di Negara Trukmenistan
Ads not by this site
Berdasarkan Perjanjian Anglo-Rusia 1907, perang antara Kekaisaran Rusia dengan Kekaisaran Inggris di Asia Tengah pun usai. Sejak saat itu, Turkmenistan berada penuh dalam kekuasan Kekaisaran Tsar Rusia. Berbagai pengaruh dari budaya Rusia, termasuk bahasa pun mulai diperkenalkan kepada bangsa Turkmen. Revolusi Oktober 1917 yang terjadi di Rusia dan ketidakseimbangan politik menyebabkan keinginan bangsa Turkmen mendeklarasikan Republik Sosialis Soviet Turkmenistan, salah satu dari enam republik di Uni Soviet
Perubahan besar terjadi dalam kehidupan bangsa Turkmen. Bangsa Turkmen pun didorong untuk sekular dan mengadaptasi cara berpakain bangsa Eropa. Aksara yang digunakan dalam bahasa Turkmen pun diganti dari aksara Arab kuno ke Latin dan pada akhirnya menggunakan Aksara Sirilik.
Ads not by this site
Namun, membawa bangsa Turkmen untuk meninggalkan cara-cara tradisional mereka untuk mendukung komunisme tidak sepenuhnya berhasil hingga akhir tahun 1948. Kebijakan nasional Uni Soviet, antara tahun 1920 hingga 1930, sebenarnya mempromosikan "Penemuan Tradisi Bangsa Turkmen,Bangsa Turkmen mendapat perlakuan yang lebih dalam administrasi Soviet dan sistem pendidikan. Selama tahun Stalin memerintah, beliau mengizinkan bahasa Turkmen sebagai bahasa resmi di Republik Sosialis Soviet Turkmenistan.
Masa kemerdekaan Negara Trukmenistan
Ketika Uni Soviet mulai runtuh, Turkmenistan dan republik Asia Tengah lainnya cemas akan keadaan negara, karena mereka membutuhkan kekuatan ekonomi dan pasar umum dari Uni Soviet untuk bisa mencapai kemakmuran. Namun demikian, Turkmenistan mengumandangkan kemerdekaannya pada tanggal 27 Oktober 1991, dan merupakan republik terakhir Soviet yang memisahkan diri.
Pada tahun 1991, Turkmenistan bergabung dalam Persemakmuran Negara-Negara Merdeka, sebuah organisasi internasional yang anggotanya terdiri dari negara-negara pecahan Uni Soviet. Namun, Turkmenistan mngurangi status keanggotaannya dalam organisasi tersebut menjadi "anggota asosiasi" pada Agusus 2004. Pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Turkmenistan bahwa kebijakan negara tersebut akan netral selamanya[4].
Ads not by this site
Pemimpin lama Republik Sosialis Soviet Turkmenistan, Saparmurat Niyazov menjadi presiden pertama Turkmenistan setelahkeruntuhan Uni Soviet. Di bawah kepemimpinan beliau, hubungan antara bangsa Rusia dan Turkmen sangat dingin. Beliau menyebut dirinya sebagai seorang promotor Muslim tradisional dan budaya bangsa Turkmen, bahkan beliau menyebut dirinya sebagai Türkmenbasy, yang berarti Pemimpin semua bangsa Turkmen. Perpanjangan kekuasaan beliau bertambah besar pada awal 1990an, dan pada tahun 1999, beliau menjadi Presiden seumur hidup.
Beliau meninggal dunia pada 21 Desember 2005 tanpa meninggalkan pewaris. Seorang mantan wakil perdana menteri dikabarkan adalah anak tidak sahnya beliau. Gurbanguly Berdymukhamedov dipilih untuk menggantikan beliau pada 11 Februari 2007 melalui pemilihan umum.
Sistem politik Negara Trukmenistan
Setelah 69 tahun menjadi bagian dari Uni Soviet dan 67 tahun menjadi bagian dari republik kesatuan dalam Uni Soviet, pada tanggal 27 Oktober 1991,rakyat Turkmenistan memutuskan untuk merdeka dan berpisah dari Uni Soviet.
Presiden seumur hidup Saparmurat Atayevich Niyazov yang merupakan mantan birokratPartai Komunis Uni Soviet yang memimpin Turkmenistan dari tahun 1985, ketika beliau menjabat ketua Partai Komunis Turkmenistan. Beliau mengambil alih kepemimpinan setelah keruntuhan Uni Soviet dan pada tanggal 28 Desember 1999, beliau diangkat sebagaiPresiden seumur hidup Turkmenistan oleh Mejlis (majelis setempat).
Bekas partai Komunis, sekarang dikenal sebagai Partai Demokrat Turkmenistan yang merupakan partai tunggal yang diizinkan oleh pemerintah. Partai polik lainnya dianggap tidak sah atau ilegal kecual mendapat persetujuan dari pemerintah.
Pembagian Wilayah
    Turkmenistan dibagi menjadi lima provinsi atau welayatlar (tunggal welayat) dan sebuah wilayah ibu kota yaitu
1. provinsi Ashgabat
2.provinsi Ahal
3. provinsi Balkam
4. provinsi Dasoguz
5. provinsi mary
Iklim yang ada di Negara Trukmenistan
Sebagian besar wilayah Turkmenistan merupakan gurun pasir terkering di dunia, yang dimana di beberapa tempat memiliki curah hujan tahunan hanya mencapai 12 mm (0.47 inci). Suhu tertinggi yang pernah tercatat yaitu sekitar 48.9 °C (120°F) dan di Kerki, sebuah kota kecil yang terletak di tepi Sungai Amu Darya, yaitu sekitar 51.7 °C (125.1 °F) pada Juli 1983.
Letak Geografi Negara Trukmenistan
Ads not by this site
Terletak di Asia Tengah yang sebagian besar merupakan wilayah gurun pasir yang dibatasi oleh barisan pegunungan, menyebabkan 80% wilayahnya diselimuti oleh gurun Karakum. Di bagian tengah wilayah ini merupakan daerah Dataran rendah Turpan. Di bagian barat daya wilayah ini terdapat pegunungan Kopet Dag yang memiliki puncak tertinggi Kuh-e Rizeh (Gunung Rizeh) sekitar 2,912 meter (9,553 kaki)
Di bagian barat negara ini terbentang Barisan Pegunungan Balkan Besar (sebagian besar terletak di Provinsi Balkan) dan juga Barisan Pegunungan Köýtendag di bagian timur laut yang berbatasan dengan Uzbekistan, yakni di Provinsi Lebap. Barisan Pegunungan Balkan Besar menjulang tinggi dengan puncak tertingginya Gora Arlan (Gunung Arlan) sekitar 1,880 meter (6,710 kaki)[7] dan puncak tertingginya, Ayrybaba yang terletak di Barisan Pegunungan Kugitangtau sekitar 3,137 meter (10,292 kaki)[8]. Terbentang pula sungai-sungai besar seperti Amu Darya, Mughrab dan Hari.
Demografi
Sebagian besar penduduk Turkmenistan merupakan etnis Turkmen dan diikuti oleh etnis-etnis minoritas lainnya seperti etnis Uzbek dan Rusia. Jumlah kecil minoritas lainnya berasal dari etnis Kazakh,Tatar, Ukraina,Azerbaijan, Armenia dan Balokh. Persentasi etnis Rusia menurun dari 18.6% pada tahun 1939 menjadi 9.5% pada tahun 1989.
Bahasa yang di gunakan Negara Trukmenistan
Bahasa Turkmen merupakan bahasa resmi di Turkmenistan, walaupun masih banyak penduduknya yang menggunakan bahasa Rusiauntuk komunikasi antaretnis. Sekitar 72% penduduknya menggunakan bahasa Turkmen, 12% menggunakan bahasa Rusia, 9% menggunakan bahasa Uzbek dan 7% menggunakan bahasa lainnya.
Agama yang ada di Negara Trukmenistan
 Islam dianut oleh sekitar 89% penduduk, sementara 9% penduduknya menganut kristenGereja Ortodoks dan lainnya sekitar 2% dilaporkan sebagai penganut atheis. Islam masuk ke Turkmenistan melalui kegiatan misionaris, dimana para misionaris merupakan orang suci yang terkadang dianggap sebagai leluhur dari suku atau etnik tertentu, kemudian mereka menjadi "pendiri" kelompok suku.
Pada masa Uni Soviet, semua hal yang berhubungan dengan keagamaan dibekukan oleh otoritas komunis Soviet. Sebagian besar sekolah dan lembaga keagamaan ditutup dan dilarang, bahkan sebagian besar mesjid pun ditutup. Namun, sejak tahun 1990, telah dilakukan usaha untuk mengembalikan semua peninggalan budaya yang hilang dan dilarang pada masa Uni Soviet. Presiden pertamaSaparmurat Atayevich Niyazov menyatakan bahwa nilai-nilai dasar keislaman harus diajarkan di sekolah-sekolah umum. Beberapa institusi islam, termasuk sekolah-sekolah keagamaan dan mesjid telah kembali dibuka dengan banyak bantuan dukungan dari Arab Saudi, Kuwait dan Turki. Kelas-kelas keagamaan pun diadakan di semua sekolah dan mesjid dengan beberapa menggunakan Bahasa Arab, pelajaran Al-Qur'an dan Hadis, serta sejarah Islam

Sejarah Penyebaran Islam di Tajikistan

Tajikistan adalah sebuah negara kecil dengan luas daratan sekitar 143.100 km ².



Wilayah Tajikistan berbatasan langsung dengan Cina (timur), Uzbekistan (barat), Afghanistan (selatan), dan Kyrgyzstan (utara).

Dengan jumlah penduduk sekitar 7.320.000 orang pada tahun 2006, Tajikistan termasuk negara dengan kepadatan penduduk terendah di dunia.

Dushanbe menjadi ibu kota negara sejak tahun 1929, meskipun tidak ada perkembangan besar di kota tersebut sampai tiga puluh tahun terakhir.

Bahkan hingga sekarang Dushanbe lebih mirip sebuah desa pegunungan dibandingkan ibu kota, dengan mayoritas bangunan jarang mencapai lebih dari tiga lantai.

Republik Tajikistan yang sebelumnya bernama Republik Sosialis Soviet Tajik baru merdeka pada tahun 1991 seiring keruntuhan Uni Sovyet. Sebelum itu, Tajikistan merupakan bagian dari Uni Soviet.

Daerah yang kini menjadi Tajikistan telah dihuni selama setidaknya 6000 tahun, pertama oleh Persia, kemudian oleh Arab, dan akhirnya oleh bangsa Mongol.

Ketiga kerajaan tersebut umumnya menggunakan wilayah Tajikistan sebagai rute perdagangan alternatif dan menjadi salah satu pilihan tempat tinggal bagi penduduk kota yang sudah terlalu padat.

Di bawah kekuasaan Uni Soviet, Tajikistan menjadi salah satu negara bagian yang miskin dan kurang berkembang.

Bahkan setelah kemerdekaan pada tahun 1991, Tajikistan tidak kunjung bisa berkembang akibat perang saudara yang berlangsung selama hampir delapan tahun.

Tajikistan saat ini merupakan negara kesatuan dengan pemerintah pusat memiliki kontrol penuh untuk semua urusan kenegaraan.

Tajik adalah kelompok etnis utama di Tajikistan dengan sebagian besar penduduk mengikuti keyakinan Sunni Islam.

Sekitar sepuluh persen dari total populasi Tajikistan berasal dari Rusia atau keturunan Uzbekistan.

Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan sepuluh tahun yang lalu karena banyaknya anggota etnis tersebut pulang ke negara asalnya untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Pada tahun 2006, pendapatan per kapita Tajikistan hanya sebesar 1.388 dolar Amerika yang menempatkannya sebagai negara ke-156 termiskin di dunia, di belakang banyak negara Afrika.

Sebagai perbandingan, pendapatan per kapita Rusia berada di urutan ke-60 dan Belarus di tempat ke-72.

Industri utama Tajikistan meliputi aluminium dan kapas, tetapi sektor swasta masih kurang berkembang.

Negara ini masih tergantung pada bantuan asing untuk mempertahankan industri lokal.[]

SEJARAH Menyusuri Peradaban Islam di Uzbekistan : Proses Penyebaran

TEMPAT SUCI KAUM MUSLIM - Di sebuah tempat terpencil di perbukitan Jizzax, Uzbekistan, terdapat tempat suci bagi kaum Muslim. Di tempat inilah panglima perang Nabi Muhammad SAW, Said ibnu Abu Vaggos, pernah tinggal lama dan meninggalkan bagian jarinya yang terpotong. Air dan ikan di danau alam ini dianggap sebagai air dan ikan suci/keramat sehingga tetap terpelihara meski telah berusia lebih dari 10 abad. (Foto: Kompas/Rakaryan Sukarjaputra)***

SEJARAH

Menyusuri Peradaban Islam di Uzbekistan

Oleh DennySega24

Uzbekistan, bagi umumnya warga Indonesia, bisa dipastikan adalah nama yang asing. Padahal, sejarah menunjukkan justru para ulama dari negara inilah yang menjadi motor penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, melalui para wali yang kita kenal hingga saat ini. Di kalangan warga Uzbekistan, nama Indonesia bahkan cukup populer.

Bagi mereka yang pernah membaca atau mendengar sebuah hadis, nama Imam Bukhari (810-870) pastilah bukan nama yang asing. Beliau dianggap sebagai salah satu penyampai hadis yang diakui kesahihannya. Beliau adalah putra Bukhara, salah satu provinsi di wilayah barat Uzbekistan.

Ibnu Sina (980-1037), yang dikenal sebagai filsuf dan ahli medis modern pada zamannya, juga kelahiran Afsyahnah, dekat Bukhara, Uzbekistan. Karyanya yang sangat terkenal, yaitu Qanun fi Thib, menjadi rujukan di bidang kedokteran selama beberapa abad, termasuk di Indonesia. Dunia Barat mengenal dia dengan nama Avicenna.

Sejarah para wali sembilan penyebar agama Islam di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari Uzbekistan karena beberapa di antara para wali itu memiliki kaitan langsung dengan negara di Asia Tengah tersebut.

Sisa-sisa peninggalan peradaban Islam masih banyak tegak berdiri di negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet itu meski pernah diabaikan, bahkan dibiarkan rusak oleh penguasa Soviet dulu. Ornamen-ornamen Islam yang banyak dipengaruhi Persia (Iran), dengan warna-warna biru yang menonjol, tersebar di banyak tempat, menunjukkan kekhasan arsitektur pada masa abad ke-11 hingga ke-17 Masehi. Wajarlah bila badan dunia PBB untuk perlindungan kekayaan budaya, UNESCO, menobatkan Samarkand sebagai salah satu kota warisan sejarah dunia, sejajar dengan Istanbul di Turki.

Dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai keislaman juga tertanam dalam kehidupan rakyat Uzbekistan. Ketika bertemu dengan seseorang, baik yang telah dikenal maupun yang belum dikenalnya, warga Uzbek biasa menyapa dengan salam ”assalamualaikum”, sambil menaruh telapak tangan kanannya di dada sebelah kiri. Lebih jauh dari itu, penghormatan mereka yang tinggi terhadap para tamu dan keakraban yang mereka tunjukkan dengan tulus adalah pengamalan nyata ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Peradaban Islam

Sebagai negara berpenduduk mayoritas pemeluk Islam, yaitu sekitar 85 persen dari populasi Uzbek yang mencapai 27,5 juta jiwa, nilai-nilai keislaman pernah mendapatkan tekanan sangat berat ketika wilayah itu berada di bawah kekuasaan Soviet. Akan tetapi, tekanan yang berat justru membuat nilai-nilai keislaman itu tertanam dalam pada warga Uzbekistan. Maka, begitu Uzbekistan mendeklarasikan kemerdekaannya pada 31 Agustus 1991, berbagai peninggalan peradaban Islam langsung dibenahi kembali dan hingga kini menjadi sumber daya tarik utama bagi kunjungan wisatawan ke negara itu.

Peradaban Islam masuk ke wilayah yang saat ini disebut Uzbekistan pada sekitar abad kedelapan lalu. Ketika itu pasukan kekhalifahan Arab dari Persia menguasai Mawarannahr (lahan yang berada di antara sungai), yaitu wilayah di antara Sungai Amudarya dan Sungai Syrdarya. Masuknya pasukan kekhalifahan Arab itu membawa ajaran Islam, yang langsung bisa diterima rakyat setempat.

Akan tetapi, jauh sebelum itu, beberapa abad sebelum Masehi, beberapa suku nomad dari Iran telah lebih dahulu tiba di wilayah yang sekarang bernama Uzbekistan itu. Mereka membangun kota-kota dan jaringan irigasi untuk menjadikan lahan padang rumput di wilayah itu lahan pertanian produktif. Kota Bukhara dan Samarkand pun mulai muncul sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan.

Dalam perjalanan menuju India, pada 327 sebelum Masehi, Raja Alexander yang Agung pun sempat singgah di wilayah Uzbekistan, khususnya di wilayah yang dahulu bernama negara-negara Soghdian dan Bactrian. Akan tetapi, perlawanan rakyat kemudian membuat pasukan Alexander Agung harus mundur dan wilayah yang kini bernama Uzbekistan kemudian dikuasai oleh kekaisaran-kekaisaran Persia, yaitu Parthian dan Sassanid.

Masuknya Islam melahirkan sejumlah filsuf cemerlang, seperti Abu Nasr Farabi, Imam al-Bukhari, Narshaki, Nadjimmiddin Kubro, Abu Ali ibnu Sina, serta para penyair seperti Rudaki, Yusuf khas Khadjib, Ahmad Yassavi, dan Abu Bakr-al-Khorezmi. Gerakan baru Islam pun berkembang pesat karena keistimewaan yang dimilikinya, antara lain kebebasan berpikir atau dikenal sebagai Mutaziliya, Ismailiya, dan Sufisme.

Kota-kota Bukhara, Samarkand, Merv, Urgench, dan Kiva sangat terkenal di kalangan negara-negara Muslim. Karya-karya seni, arsitektur, dan proyek-proyek konstruksi berkembang cepat menandakan kejayaan kekhalifahan Islam.

Pada awal abad ke-11, atas arahan Mamun Khorezm-Shakh, sebuah pusat riset baru didirikan di Khorezm, di mana para ilmuwan orientalis bekerja. Pusat riset ini belakangan didedikasikan untuk Khorezm-Shakh dan menjadi akademi pertama di Asia Tengah.

Kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari wilayah yang kemudian diberi nama Mawarannahr pun terkenal ke seluruh dunia. Akan tetapi, pertumbuhan cepat Mawarannahr itu terhenti pada awal abad ke-13 akibat invasi Mongol ke wilayah itu. Pemimpin Mongol, Genghis Khan, menghancurkan seluruh kota, jaringan infrastruktur irigasi, dan sumber-sumber pustaka budaya dari periode abad kedua dan ketiga Masehi. Perjuangan untuk membebaskan diri dari pendudukan asing dilakukan selama setengah abad pada abad ke-14. Salah satu tokoh penting dalam perjuangan itu adalah Amir Temur, yang setahap demi setahap bisa membebaskan wilayah Mawarannahr dan Khorasan dari penguasa Mongol. Pada akhir abad ke-14, sebuah negara baru yang kuat dengan wilayah luas pun terbentuk.

Amir Temur menekankan betul pentingnya kekuatan politik, ekonomi, dan pertumbuhan budaya. Prinsip-prinsip pengelolaan sebuah negara dia gambarkan dalam dokumen yang dikenal sebagai The Code of Temur. Setelah ditinggalkan Amir Temur, para keluarga penerus Temur memberikan perhatian besar terhadap pemajuan kesenian, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Oleh karena itulah Amir Temur menjadi sosok sangat penting dalam sejarah rakyat Uzbekistan, yang sekaligus meneruskan lagi kejayaan Islam di wilayah yang dikuasainya.

Pemerintah Uzbekistan membangun sejumlah patung Amir Temur di hampir semua kota besar di Uzbekistan. Di ibu kota Tashkent, misalnya, patung Amir Temur antara lain terdapat di sebuah lapangan di pusat kota, berdampingan dengan sebuah museum khusus Amir Temur di seberang lapangan tersebut.

Arsitektur yang khas

Uzbekistan saat ini memiliki sejumlah peninggalan masjid dan madrasah maupun pemakaman yang memiliki ciri arsitektur Islam yang khas. Selain bentuknya yang hampir seragam, berbagai bangunan yang didirikan dengan bahan baku utama batu bata merah itu juga kaya dengan ornamen Islam, baik dalam bentuk tulisan-tulisan arab maupun pola-pola garis dan bentuk.

Bangunan peninggalan peradaban Islam itu bentuknya berbeda sekali dengan bentuk-bentuk bangunan peninggalan peradaban Islam yang ada di Turki. Melihat arsitektur bangunan tersebut, dengan pola-pola tembok pintu gerbang yang dibangun tinggi, dengan menara di kedua sisinya yang tak kurang dari 20 meter, kita akan terpukau akan kehebatan para arsitek dan ahli bangunan pada abad ke-11-17 tersebut.

Lebih dari itu, di Uzbekistan, khususnya Tashkent, kita bisa melihat sebuah Al Quran asli peninggalan khalifah Usman bin Affan pada abad ketujuh. Al Quran yang di sisinya masih terlihat bekas-bekas darah itu menjadi koleksi sangat berharga sekaligus bukti kuatnya peradaban Islam di negara itu pada masa lalu.

Sangat pantas bila Uzbekistan kini memanfaatkan berbagai peninggalan peradaban Islam tersebut sebagai daya tarik utama bagi wisatawan ke negara itu. Wisata ziarah ke makam para tokoh besar Islam yang ada di Uzbekistan bisa semakin meningkatkan kadar ketakwaan, sekaligus semakin memberikan pemahaman mendalam mengenai ajaran-ajaran Islam dan kebesaran Islam.

Kemerdekaan dari Soviet telah membangkitkan kembali nilai-nilai keislaman di negara itu. Seperti halnya di Indonesia, nilai-nilai Islam tersebut tampil dalam wujud Uzbekistan yang lebih terbuka, ramah, dan menghormati para tamunya, persaudaraan yang kuat di antara warganya, serta terus berupaya berdemokrasi untuk membangun sebuah negara yang kuat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyatnya.***

Sejarah Islam Di Azerbaijan : Proses Penyebarannya


Sebagaimana Republik Georgia, bila tidak ada perestroika (reformasi) yang dicanangkan oleh Mikhail Gorbachev, mantan Presiden Uni Soviet dekade 90-an yang lalu, maka Republik Azerbaijan, tak mudah dikenali seperti saat ini. Azerbaijan dikenal sebagai sebuah negara di semenanung Balkan (sepenggal wilayah Eropa) yang mayoritas penduduknya beragama Islam sejak tahun 642 Masehi. Konflik berkepanjangan dengan Armenia, negara tetangganya, terjadi karena masalah Nagorno-Karabakh yang menyita perhatian dunia pada tahun 1980 hingga saat ini, suatu wilayah di Azerbaijan yang didominasi oleh penganut Kristen Ortodox.

Dengan luas wilayah 86.600 km2, sedikit lebih kecil dari negara bagian Maine Amerika Serikat, Republik Azerbaijan mempunyai iklim kering dengan padang rumput yang luas. Negara ini berbatasan dengan Rusia, Iran, Armenia, dan Laut Caspia. Berpenduduk sekitar 7.911.974 orang, terdiri dari berbagai suku, antara lain Azeri, Dagestan, Rusia, Armenia, mayoritas beragama Islam (93,4%), Kristen Ortodox (4,8%) dan lainnya 1,8%. Angka pertumbuhan penduduk rata-rata di bawah 0,59% per-tahun, angka kelahiran 10,4 per-1000, dan angka kematian 9,86 per-1000. Bahasa nasional mereka adalah Azerbaijan, di samping bahasa Rusia, dan Armenia.

Ekonomi
Azerbaijan adalah negara baru bekas jajahan Uni Sovyet yang termasuk beruntung mempunyai sumber cadangan minyak yang cukup besar, dan oleh karenanya menjadi sumber devisa nomer satu bagi Azerbaijan. Kegiatan utama perekonomiannya didominasi oleh bidang jasa (40,2%), industri (45,7%) dan pertanian (14,1%). Azerbaijan termasuk negara yang sukses dalam mengembangkan perekonomiannya, dan tidak memerlukan uluran tangan dari lembaga-lembaga keuangan dunia, seperti IMF maupun Bak Dunia. Walaupun tanpa bantuan lembaga keuangan dunia, Azerbaijan cukup mampu mengendalikan inflasi. Indikatornya adalah pertumbuhan ekonominya cukup fantastik mencapai sekitar 9,8% (2004), inflasi hanya sebesar 4,6% dan income per-kapita sebesar US $ 3,800. Dengan angkatan kerja sebanyak 5,09 juta orang, 41% diserap oleh pertanian dan kehutanan, jasa 52% dan industri 7%, Sebagaimana Georgia, Azerbaijan termasuk negara yang cukup kaya di Eropa Timur.
Produk pertaniannya berkisar pada kapas, padi-padian, beras, anggur, buah-buah-buahan, sayuran, teh, tembakau, ternak kambing dan domba serta babi. Sedangkan industrinya berkisar pada minyak dan gas, baja, biji besi, semen, kimia dan petrokimia serta tekstil. Hasil komoditi yang dieksport minyak dan gas (90%), mesin, kapas, dan makanan olahan. Negara tujuan eksport adalah Italia, Ceko, Jerman, Turki, Rusia, Georgia dan Perancis. Sedangkan komoditi yang diimport adalah mesin dan peralatannya, produk minyak, makanan olahan, dan kimia. Import berasal dari Inggris, Turki, Rusia, Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Italia dan Ukraina. Indonesia belum termasuk di dalamnya. Mata uang yang digunakan adalah Azerbaijan Manat (AZM), dan US $ 1,- senilai 4,913.48 AZM.

Sejarah Pemerintahan
Republic Azerbaijan dengan ibukotanya BAKU, terbagi dalam 59 rayons, 11 cities dan 1 republik otonom, memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 30 Agustus 1991, sedangkan hari nasional diperingati setiap tanggal 28 Mei. Karena didasarkan pada berdirinya Republik Demokratik Azerbaijan pada tanggal 28 Mei 1918. Sejak abad ke-10 sebelum Masehi, Azerbaijan telah diperintah oleh beberapa kerajaan, antara lain Mannai dan Medes. Kerajaan Medes yang berbasis pada penduduk Indo-Eropa kuno lebih berjaya, namun kejayaan kerajaan ini mengundang kerajaan lain di luar Azerbaijan untuk mengekspansi, antara lain dari Persia, Yunan, Roma dan Albania. Puncaknya adalah ketika tentara Arab (Islam) menyerbu Azerbaijan pada abad ke-7 (642 M.), menaklukkan tentara Kristen. Selanjutnya Azerbaijan dikuasai oleh Turki pada abad ke-11 hingga abad ke-18, dan pada akhirnya Rusia (Uni Sovyet) menganeksasinya hingga abad ke-20.

Uni Sovyet mendominasi Azerbaijan cukup lama, dua abad lamanya. Mereka menguasai pemerintahan dan bisnis minyak, sehingga orang-orang Azeri terpinggirkan, dan hanya menguasai sektor swasta. Bibit untuk memperoleh kemerdekaan dari Uni Sovyet dimulai pada tahun 1903 ketika para intelektual Azeri membentuk badan yang disebut Himmat dan berubah menjadi Musavat pada tahun 1912. Ketika terjadi Revolusi Bolshevik tahun 1917, orang-orang Rusia dan Armenia (kebanyakan tinggal di Nagorno-Karabakh, yang kemudian hari bentrok dengan pemerintah Azerbaijan) yang berada di Azerbaijan mendeklarasikan republik marxis, sedangkan para nasionalis muslim mendirikan Republik Demokratik Rakyat Azerbaijan pada bulan Mei 1918, sekaligus membentuk tentara Islam dengan bantuan pemerintahan Ottoman Turki.

Invasi Uni Sovyet ke Azerbaijan dilakukan pada tahun 1922 dan berkuasa secara mutlak selama 71 tahun hingga tahun 1991, dan selama itu pula, mereka mengontrol politik dan ekonomi Azerbaijan secara ketat. Presiden komunis pertama Azerbaijan adalah Nariman Narimanov, namun beliu akhirnya dibunuh oleh agen Stalin pada tahun 1925, dan untuk selanjutnya Azerbaijan di bawah cengkeraman Moskow. Pada tahun 1969, muncul pemimpin baru yaitu Heydar Aliyev, pemimpin Partai Komunis Azerbaijan, dan menjadi anggota penuh politbiro Uni Soviet tahun 1982, menjadi tokoh penting Azerbaijan. Peristiwa penting lain di Azerbaijan adalah ketika Nagorno-Karabakh yang mayoritas penduduknya orang-orang Armenia ingin memisahkan diri dari Azerbaijan dan ingin bergabung dengan Armenia pada tahun 1980. Tentu saja hal tersebut ditolak oleh pemerintah Uni Soviet, walaupun trend glasnost dan perestroika sedang marak di seluruh kekuasaan Uni Soviet tahun 1988. Akibatnya terjadi bentrok dahsyat antara orang-orang Armenia dan Azeri. Pada Januari 1990, tank-tank Soviet menyerang ibukota Baku untuk melindungi orang-orang Armenia. Kejadian ini dikenal dengan Black Januari, yang menewaskan kurang lebih 100 orang Azeri, dan akibatnya banyak orang Armenia dan Azeri meninggalkan Azerbaijan.

Karena terjadi eskalasi perang dalam skala penuh, maka pada bulan Agustus 1991, Ayaz Mutalibov, mendeklarasikan berdirinya Republik Azerbaijan, dan beliau sekaligus diangkat sebagai Presiden pertama setelah berakhir invasi Uni Soviet. Namun persoalan Nagorno-Karabakh tetap menjadi duri dalam daging, karena pada tahun itu juga orang-orang Armenia menyerang orang-orang Azeri dan menewaskan tak kurang 600 orang.

Pada Juni 1992 diadakan pemilihan presiden, dan Abulfaz Elchibey terpilih sebagai presiden. Namun pada pemerintahan Elchibey, kondisi Azerbaijan tidak semakin membaik, justru timbul chaos, pertama karena masalah Nagorno-Karabakh, dan kedua karena peran militer yang tidak kondusif. Akhirnya, National Council pada Juni 1993 menunjuk Heydar Aliyev, mantan anggota KGB dan pemimpin Partai Komunis Azerbaijan sebagai Presiden menggantikan Elchibey. Pada bulan Oktober 1993, ketika pemilihan presiden diselenggarakan walaupun terjadi boikot, Heydar Aliyev memperoleh suara sebanyak 98.8%, dan terpilih sebagai presiden. Pada pemerintahan Heydar Aliyev inilah situasi Azerbaijan agak tenang, walaupun diselingi adanya kudeta dan terbunuhnya 20.000 orang dan jutaan lainnya menjadi pengungsi pada tahun 1994 karena masalah Nagorno-Karabakh. Heydar Aliyev terpilih kembali sebagai presiden pada tahun 1998.

Karena kondisi kesehatannya, pada pemilu Oktober 2003, Heydar Aliyev merekomendasikan putra lelakinya, Ilham Aliyev untuk mengikuti pemilihan presiden, dan terbukti Ilham Aliyev dapat memenangkannya dan pada tanggal 31 Oktober 2003 dikukuhkan sebagai Presiden Azerbaijan. Sayangnya, Heyder Aliyev tak dapat melihat lebih lama putranya menjadi presiden, karena pada tanggal 12 Desember 2003 beliau wafat di sebuah klinik di Cleveland, Ohio Amerika Serikat. Ilham Aliyev dipuji oleh banyak orang (walaupun mantan playboy), karena kecerdasannya, murah senyum dan speaks fluent English, serta mempunyai link khusus dengan CIA, di samping mewarisi karisma ayahnya.

Perkembangan Islam di Azerbaijan
Sebagaimana dirilis oleh Wikipedia, the free ecyclopedia, Islam masuk ke Azerbaijan pada abad ke-7 (tahun 642), bertepatan dengan invasi Arab ke negara tersebut dan secara berangsur-angsur menggantikan posisi Zoroaster dan aliran animisme di negara tersebut, hingga jumlah pemeluknya mencapai 96% dari total penduduk. Imperium Bani Seljuk Turki pada abad ke-10 masuk ke Azerbaijan dan mengalahkan imperium Byzantium pada abad ke-11 dan terjadilah kawin campur antara bangsa Turki dan Persia. Pada abad ke-13, Mongol masuk Azerbaijan ketika Temudjin atau Genghis Khan.

Kejayaan Islam di Azerbaijan semakin terasa, ketika Dinasti Safavid berkuasa di Azerbaijan pada abad ke-15. Shah (raja) pertama dinasti Safavid, yaitu Shah Ismail I (1486-1524) mendeklarasikan paham Syiah Islam sebagai agama resmi negara, walaupun mayoritas penganut Islam di Azerbaijan adalah Sunni. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan pemerintahan Ottoman Turki yang menganut paham sunni.

Pada abad ke-19, banyak warga muslim sunni Azeri bermigrasi dari Rusia ke Azerbaijan, namun jumlah penganut Syiah pada akhir abad ke-19 terlanjur menjadi mayoritas di Azerbaijan (70%), sedangkan Sunni 30%. Para penganut Syi’ah maupun Sunni, akhirnya bersepakat untuk mengurangi ketegangan dan lebih menjunjung perasaan nasionalismenya sebagai warga Azerbaijan. Ketika Uni Soviet menginvasi Azerbaijan pada tahun 1806, dan menjadi bagian tak terpisahkan dengan Uni Soviet tahun 1920, di Azerbaijan terdapat 2.000 masjid. Namun sedihnya, setelah Uni Soviet menguasai Azerbaijan dan pengaruh komunis Soviet sangat mendalam, maka keberadaan Islam di Azerbaijan tercabik-cabik, sehingga pada tahun 1930 sampai perang dunia kedua, banyak masjid yang ditutup. Hal ini berlanjut hingga tahun 1980, sehingga masjid di ibukota Baku saja hanya tingal 2 (dua) masjid besar dan 5 (lima) masjid kecil.

Alhamdulillah, ketika Azerbaijan memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun 1991, kehidupan agama Islam bangkit kembali. Pembangunan masjid dan pembelajaran terhadap Islam tumbuh pesat, serta bantuan dari negara Islam, seperti Saudi Arabia, Iran dan Oman masuk dengan deras. Namun pengaruh Uni Soviet tetap terasa. Indikatornya, walaupun Islam dipeluk oleh 96% warga Azerbaijan, negara tidak otomatis mengadopsi Islam sebagai dasar negara. Pada Artikel 6 Undang-Undang Dasar Azerbaijan disebutkan bahwa ‘Azerbaijan adalah negara sekuler’. Demikian pula peran politikus Islam, sangat terbatas, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Artikel ini telah dimuat di majalah Amanah No. 66 TH XIX Oktober 2005 / Sya’ban – Ramadhan 1426 H